Sepanjang jalan menuju kota Blora pagi itu, bibir para penghuni Tayo 5 tidak bisa diam bagaikan angin lesos yang sedang mengamuk. Bernyanyi, bercerita, bercanda mengiringi perjalanan kami menuju kota Blora. Tetapi, dengan seiringnya waktu para penghuni Tayo 5 pun terdiam, entah apa yang terjadi, suasana yang semula ricuh kini menjadi tenang bagaikan air. Tiba-tiba, ada seorang anak yang mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, dan teman sebelahnya pun panik minta kresek untuk membuang sesuatu itu. Dan seketika suasana yang tenang menjadi ricuh kembali.
Tak lama kemudian kami pun tiba di sebuah pasar rakyat kota blora, kami pun bergegas turun dari Tayo. Sebelum menuju ke lokasi pertama kakak-kakak tim eksplor Blora memberi kami sambutan dan pembekalan. Teriknya matahari disetengah siang hari ini mengiringi kami dalam menempuh suatu tempat yang cukup begitu jauh, ya kurang lebih 9km lah dari pasar rakyat Blora. Dalam jarak begitu jauh dan teriknya sang mentari kami disuruh jalan kaki menuju desa jepang rejo yang jaraknya kurang lebih 9km dari pasar rakyat Blora. Ya mau gimana lagi, mau tak mau suka tak suka kuat tak kuat ya harus dilakukan, yaa hitung-hitung buat ngurusin badan lah ya bagi yang badannya jumbo-jumbo.
Sepanjang jalan menuju desa Jepangrejo, tak lelah mata kami memandang pemandangan yang lumayan indah, dikelilingi tanaman jagung, kacang, ketela, mangga dan masih banyak lagi. Semakin dalam perjalanan kami tempuh semakin pelosok jalanan yang kami terjang. Kami melewati jalan itu bagaikan berjalan ditepi pantai, warna sepatu yang semula hitam pekat kini berubah warna menjadi putih salju,tetapi semangat kami tak gentar hilang dalam menempuh perjalanan ini. Usai kami menikmati sedikit indahnya perjalanan,kami pun tiba di sebuah gubuk sederhana. Kedatangan kami pun disambut meriah oleh keluarga mbah Suparji, senyum manis, sapa ramah, seakan-akan gembira dengan kedatangan kami.
Kamipun langsung disuruh masuk dan tak lama kemudian berbagai jajanan disuguhkan untuk kami. Ada berbagai jenis makanan sederhana yang tentunya menyehatkan, seperti jagung rebus,ketela rebus,kacang rebus,pisang rebus dan pisang. Lidah kamipun digoyangkan oleh makanan makanan itu sambil mendengarkan sambutan sambutan dari mbah suparji beserta keluarga dan guru guru,sampai ke sesi tanya jawab, kami pun melangsungkan pertanyaan pertanyaan yang tak kami tau. Panasnya mentari membuat kami kedinginan, eh maksutnya kepanasan tetapi kami tetap semangat yaa walaupun sambil mengangguk ngangguk karna tak tahan nahan mata yang mau nutup. Serasa jadi seorang peneliti yang handal siang itu. Usai sambutan sambutan dan tanya jawab selesai kami pun foto bersama buat kenang kenangan biar semua orang tau kalau SMA N 1 Pamotan itu pernah berkunjung ke Blora.
Detik menit pun berlalu, lalu kami pun melanjutkan perjalanan menuju desa Klopo duwur. Karna cacing cacing perut sudah protes tak sabar ingin menyantap sesuatu, kami pun istirahat disebuah tempat menyerupai lapangan,dan cacing cacing perut pun siap beraksi menyantap makanan yang lezat.
Teriknya mentari di siang hari,kami pun melanjutkan perjalanan menuju desa Klopo duwur. Dari tempa yang menjelma lapangan menuju pendopo desa Klopo duwur yang tempatnya berada di dekat gubuk sederhana mbah Engkrik, kami berjalan kaki, tapak demi setapak kami berjalan dan tak ketinggalan disisi sisi jalan panorama alam yang asri memanjakan mata kami. Bercerita, bercanda, ketawa menghiasi keindahan panorama disiang hari itu. Tak lama kemudian kami tiba di sebuah rumah sederhana mbah Engkrik dan kami ditujukan ke tempat pendopo yang tak jauh dari rumahnya. Kami pun menuju ke pendopo, dan memulai mendengarkan sambutan sambutan dan pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Suasana yang adem membuat mata tak bisa dikendalikan untuk memejamkannya. Menit demi menit pun berlalu, dan kami pun melanjutkan perjalanan, tetapi sebelum itu kami berfoto bersama di pendopo.
Dan saatnya menuju ke tempat yang terakhir yaitu perpustakaan pataba yang terletak di tepi jalan. Disana kami disambut dengan senyuman manis oleh mbah Soesilo toer pembuat perpustakaan PATABA itu. Mbah Soesilo toer berkata "ini kok sebagian besar pelajarnya perempuan ya. Tapi jangan khawatir. Bahwa tidak ada revolusi yang berhasil tanpa peranan seorang wanita." kami termotivasi dengan ucapan ucapan dan karya karya yang dibuat oleh mbah Soesilo toer. Hari mulai gelap dan mentari pun mulai menghilangkan diri. Kami pun berpamitan untuk pulang.
Suasana tayo 5 diwaktu menuju gubuk masing masing, tak seramai saat awal berangkat. Entah apa yang terjadi, anak yang semula bibirnya tak bisa diam kini semuanya menjadi diam bagaikan air yang tenang. Mungkin karna letih dan lapar. Sore hari penorama mentari siap memanjakan mata kami dengan keindahan yang dibuatnya berupa sunset, tapi tak banyak yang melihatnya. Saat malam tiba perjalanan kami sampai di kota sulang. Kemrisek suara pun mulai terdengar dari Tayo 5. Satu per satu semua penghuni tayo 5 angkat bibir untuk mengungkapkan cerita masing masing. Adzan isya' pun siap berkumandang dan kami masih belum sampai di SMA N 1 Pamotan. Tak lama kemudian, kamipun tiba di sma N 1 Pamotan dan kami bergegas mengambil motor dan bergegas menuju rumah masing masing.
Kamis 20 september 2018
Penulis adalah Setya Putri Utami, Siswa SMA Negeri 1 Pamotan Kelas XI IPS 2
Tak lama kemudian kami pun tiba di sebuah pasar rakyat kota blora, kami pun bergegas turun dari Tayo. Sebelum menuju ke lokasi pertama kakak-kakak tim eksplor Blora memberi kami sambutan dan pembekalan. Teriknya matahari disetengah siang hari ini mengiringi kami dalam menempuh suatu tempat yang cukup begitu jauh, ya kurang lebih 9km lah dari pasar rakyat Blora. Dalam jarak begitu jauh dan teriknya sang mentari kami disuruh jalan kaki menuju desa jepang rejo yang jaraknya kurang lebih 9km dari pasar rakyat Blora. Ya mau gimana lagi, mau tak mau suka tak suka kuat tak kuat ya harus dilakukan, yaa hitung-hitung buat ngurusin badan lah ya bagi yang badannya jumbo-jumbo.
Sepanjang jalan menuju desa Jepangrejo, tak lelah mata kami memandang pemandangan yang lumayan indah, dikelilingi tanaman jagung, kacang, ketela, mangga dan masih banyak lagi. Semakin dalam perjalanan kami tempuh semakin pelosok jalanan yang kami terjang. Kami melewati jalan itu bagaikan berjalan ditepi pantai, warna sepatu yang semula hitam pekat kini berubah warna menjadi putih salju,tetapi semangat kami tak gentar hilang dalam menempuh perjalanan ini. Usai kami menikmati sedikit indahnya perjalanan,kami pun tiba di sebuah gubuk sederhana. Kedatangan kami pun disambut meriah oleh keluarga mbah Suparji, senyum manis, sapa ramah, seakan-akan gembira dengan kedatangan kami.
Kamipun langsung disuruh masuk dan tak lama kemudian berbagai jajanan disuguhkan untuk kami. Ada berbagai jenis makanan sederhana yang tentunya menyehatkan, seperti jagung rebus,ketela rebus,kacang rebus,pisang rebus dan pisang. Lidah kamipun digoyangkan oleh makanan makanan itu sambil mendengarkan sambutan sambutan dari mbah suparji beserta keluarga dan guru guru,sampai ke sesi tanya jawab, kami pun melangsungkan pertanyaan pertanyaan yang tak kami tau. Panasnya mentari membuat kami kedinginan, eh maksutnya kepanasan tetapi kami tetap semangat yaa walaupun sambil mengangguk ngangguk karna tak tahan nahan mata yang mau nutup. Serasa jadi seorang peneliti yang handal siang itu. Usai sambutan sambutan dan tanya jawab selesai kami pun foto bersama buat kenang kenangan biar semua orang tau kalau SMA N 1 Pamotan itu pernah berkunjung ke Blora.
Detik menit pun berlalu, lalu kami pun melanjutkan perjalanan menuju desa Klopo duwur. Karna cacing cacing perut sudah protes tak sabar ingin menyantap sesuatu, kami pun istirahat disebuah tempat menyerupai lapangan,dan cacing cacing perut pun siap beraksi menyantap makanan yang lezat.
Teriknya mentari di siang hari,kami pun melanjutkan perjalanan menuju desa Klopo duwur. Dari tempa yang menjelma lapangan menuju pendopo desa Klopo duwur yang tempatnya berada di dekat gubuk sederhana mbah Engkrik, kami berjalan kaki, tapak demi setapak kami berjalan dan tak ketinggalan disisi sisi jalan panorama alam yang asri memanjakan mata kami. Bercerita, bercanda, ketawa menghiasi keindahan panorama disiang hari itu. Tak lama kemudian kami tiba di sebuah rumah sederhana mbah Engkrik dan kami ditujukan ke tempat pendopo yang tak jauh dari rumahnya. Kami pun menuju ke pendopo, dan memulai mendengarkan sambutan sambutan dan pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Suasana yang adem membuat mata tak bisa dikendalikan untuk memejamkannya. Menit demi menit pun berlalu, dan kami pun melanjutkan perjalanan, tetapi sebelum itu kami berfoto bersama di pendopo.
Dan saatnya menuju ke tempat yang terakhir yaitu perpustakaan pataba yang terletak di tepi jalan. Disana kami disambut dengan senyuman manis oleh mbah Soesilo toer pembuat perpustakaan PATABA itu. Mbah Soesilo toer berkata "ini kok sebagian besar pelajarnya perempuan ya. Tapi jangan khawatir. Bahwa tidak ada revolusi yang berhasil tanpa peranan seorang wanita." kami termotivasi dengan ucapan ucapan dan karya karya yang dibuat oleh mbah Soesilo toer. Hari mulai gelap dan mentari pun mulai menghilangkan diri. Kami pun berpamitan untuk pulang.
Suasana tayo 5 diwaktu menuju gubuk masing masing, tak seramai saat awal berangkat. Entah apa yang terjadi, anak yang semula bibirnya tak bisa diam kini semuanya menjadi diam bagaikan air yang tenang. Mungkin karna letih dan lapar. Sore hari penorama mentari siap memanjakan mata kami dengan keindahan yang dibuatnya berupa sunset, tapi tak banyak yang melihatnya. Saat malam tiba perjalanan kami sampai di kota sulang. Kemrisek suara pun mulai terdengar dari Tayo 5. Satu per satu semua penghuni tayo 5 angkat bibir untuk mengungkapkan cerita masing masing. Adzan isya' pun siap berkumandang dan kami masih belum sampai di SMA N 1 Pamotan. Tak lama kemudian, kamipun tiba di sma N 1 Pamotan dan kami bergegas mengambil motor dan bergegas menuju rumah masing masing.
Kamis 20 september 2018
Penulis adalah Setya Putri Utami, Siswa SMA Negeri 1 Pamotan Kelas XI IPS 2
0 Komentar