Analisis Konflik Sosial Dalam Film " GARAMKU TAK ASIN LAGI" - Ultiya Novida



A.Pembukaan

      Menganalisis mengenai rekaman vidio yang berjudul GARAMKU TAK ASIN LAGI melalui media massa dan disusun berdasarkan indikator-indikator seperti; Bidang konflik, Sebab dan akar masalah konflik, Aktor konflik, Proses konflik, Dampak konflik, dan Metode penyelesaian konflik. Yang di jabarkan sebagai berikut.

B.Bidang konflik

      Bidang petani garam, Bidang pendidikan, Bidang transportasi, Bidang pemerintah, Bidang koprasi, Bidang laboratorium, dan Bidang perdagangan.

C.Sebab dan akar masalah konflik

      Garam tak asin lagi, membuat garam tidak laku untuk di jual. Tidak adanya pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan selain bertani garam. Selain itu ,tidak ada kemauan untuk meninggalkan kebudayaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka, yaitu bertani garam, sedangkan Koprasi yang di buat oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) tidak berjalan sesuai rencana, Kurangnya perhatian pemerintah dan tidak mau terjun langsung kelapangan. Garam yang mereka produksi tidak beryodium, sehingga harga garam tidak mahal bahkan sering tidak laku dan tidak adanya tengkulak yang mau membeli garam mereka.

D.Aktor konflik

      Nurantiah, T.Abu Bakar, Junaidi, M.Yusuf, Munirwan, Jamilah, Lamiah, Fitri, Apacut, Yarhani, dan Nurlaila S.T,M.T.

E.Proses konflik

      Bibit yang anda pakai dari mana asalnya ? Katanya dari Madura, terus di bawa ke Medan katanya di Medan ada pabrik. Apa betul-betul dari Madura ? Kami tidak tau. Bagaimana caranya tolong kamu buktikan kalau garam kami bagus ? Boleh, ibu ambilkan satu plastik garam, nanti akan saya bawa ke laboratorium di Banda Aceh. Sudangkan sebelum ada bibit dari luar mereka masak garam menggunakan bibit garam jamur ( tradisional ), karena jika pakai bibit lokal kurang laku.

F.Dampak konflik

      Tidak terpenuhinya kebutuhan rumah tangga, sedangkan untuk makan sayuran mereka harus berhutang kepada penjual sayuran, harga garam tidak mahal lagi sehingga membuat garam yang mereka panen menumpuk begitu saja, karena garamnya tidak asin lagi terkadang sampai sebulan garam mereka tidak laku terjual di pasaran.

G.Metode penyelesaian konflik

Pada tahun 2007 petani garam mengeluh kepada pengurus koprasi, mereka meminta agar garam yang mereka produksi dapat terjual dan meminta agar garam yang berasal dari luar untuk ditahan masuk. Setelah itu, mereka berharap agar pemerintah bisa membantu mengaliri air laut ke ladang garam mereka.

H.Penutup

Kesimpulan:
Karena garam yang mereka produksi tidak asin lagi, membuat para tengkulak tidak mau membeli garam mereka sehingga terkadang garam yang sudah mereka panen menumpuk begitu saja, tidak lakunya garam di pasaran membuat para petani garam kesulitan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, kebutuhan sekolah dll

Penulis:
Nama : Ultiya Novida
Kelas.  : Xl ips 2
No.abs : 30

0 Komentar