PENGAMATAN DAN WAWANCARA KU BERSAMA TEMAN-TEMAN DI PASAR TRADISIONAL PAMOTAN - ULTIYA NOVIDA


Pagi itu, dengan cuaca yang cukup cerah kami melakukan pembelajaran di luar sekolah dan melakukan wawancara dengan para penjual-penjual di pasar tradisional Pamotan. Pembelajaran itu terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI ips 1, 2,dan 5. Pagi itu kami semua diminta untuk berkumpul terlebih dahulu sebelum kami berangkat ke pasar tradisional Pamotan, kami semua di beri pengarahan dan berdoa terlebih dahulu.

Setelah itu kami semua berangkat menuju pasar tradisional pamotan. Karena jarak sekolah kami dengan pasar tradisional Pamotan tidak terlalu jauh kami semua berjalan kaki menuju pasar tradisional Pamotan. Setibanya dipasar tradisional pamotan, aku bersama ke tujuh teman ku mulai mendatangi satu persatu pedagang yang ada di pasar tradisional Pamotan. Pertama kali kami mendatangi seorang ibu penjual sayuran.

“As’salamualikum bu,boleh kami bertanya-tanya sebentar?” ( tanya teman ku Ninik).
“Wa’alaikumsalam,iya boleh” (jawabnya hangat).
“Ibu tingal dimana?” (tanya Ninik).
“Saya Pamotan, dukuh tajen” (jawabnya).
“Sayur apa saja yang ibu jual?” (Ninik kembali bertanya).
“Ada timun, asam jawa, pete, koro, rebung,kangkung, bayam,pucuk ubi. Iya Cuma itu-itu saja” (ujarnya).
“Dari mana ibu kulakan semua ini?” (tanya Ninik).
“Ya,  dari penjual-penjual disini sebagian hasil kebun sendiri” (jawab ibu penjual sayur).
“Ibu kesini naik kendaraan apa?” (tanya Ninik lagi).
“Antar jemput suami” (ujar ibu penjual sayur sembari tersenyum malu).
 Setelah itu Ninik membeli 1 bungkus timun yang sudah di bungkus ibu penjual sayur tadi,  harganya Rp. 2000

Setelah bertanya-tanya dengan ibu-ibu penjual sayur, kami merasa masih banyak pertanyaan yang belum kami tanyakan, akhirnya kami berjalan mendatangi satu persatu kios-kios yang ada di pasar tradisional pamotan. Akan tetapi sudah banyak pedagang yang kami datangi namun, banyak dari mereka yang tidak mau untuk di wawancarai dari yang tidak tau mau menjawab apa, malu untuk di wawancara, dan masih banyak yang lainya. Akhirnya kami mendatangi seorang ibu penjual ikan yang sudah lanjut usia, Nasipah namanya. Beliau bercerita kalu dulu pasar Pamotan ini ada di depan masjid AL-AMIN dukuh Kauman, karena banyaknya pedagang dan kurang lapak untuk berjualan akhirnya pemerintah membeli tanah milik warga yang dulunya sawah untuk di jadikan menjadi pasar.

Setelah itu pasar tradisional Pamotan di pindahakan disamping kantor kecamatan Pamotan hingga sekarang. Walaupun sudah di pindahkan nyatanya masih banyak pedagang yang tidak kebagian lapak untuk berjualan, akhirnya mereka harus berjualan di teras-teras kios ataupun di pingir-pingir jalan, untuk pedagang yang menetap di tarik sewa Rp. 5000/ harinya , sedangkan yang ada di pinggir jalan atau di depan kios-kios di tarik Rp. 1000/harinya (ujar nenek Nasipah), setelah selesai bertanya kami berterimakasih kepada nenek  Nasipah dan permisi untuk pergi.

Setelah kami merasa cukup pertanyaan yang sudah kami tanyakan, setelah itu kami mencari jajanan pasr untuk di bawa dan di makan di sekolah, seteh selesai kami semua kembali ke sekolah.

Penulis
Nama: Ultiya Novida
Kelas  : XI ips 2


0 Komentar