"ini kapan berangkat nya?", "kok lama sih!", "aku sampai sini jam setengah enam loh", "gurunya lupa kali"lupa kali"biasa jam karet indonesiakan gitu", "ini udah hampir jam 7 loh", "tau gini berangkat kayak biasanya aja".
Lama sekali memang kita menunggu. Jadi wajar kita berkeluh kesah macam itu. Sekitar jam 7 lebih, barulah kita berangkat dikumpulkan dilapangan melakukan apel. Persiapan dan pembekalan materi. Hari itu tepat hari Kamis, 20 September 2018. Hemm.. Menunggu lagi.
Sebenarnya yang akan kita lakukan adalah STUDY OUTDOOR diBlora, Jateng. Tepatnya kita akan meneliti kehidupan masyarakat disana yang dikenal dengan sebutan SEDULUR SIKEP / WONG SAMIN. Mereka itu unik. Karena itu kita kesana.
Setengah jam setelah apel itu, kitapun berangkat. Semua tidak sabar memasuki bis. Mereka rela berdesak desakkan. Akupun juga melakukan itu. Kita semua telah memasuki bis masing masing yang telah dibagikan. Seraya diabsen satu satu oleh salah satu anggota osis.
Gerah kita hilang. Keringat kita pun juga. Ini berkat AC didalam bis. Itu karena setelah sekian lama kita berpanas panasan mengikuti apel tadi. Kemudian kitapun berangkat.
"kenapa kita berhenti disini?", "untuk apa kita ditempat ini, katanya mau wawancara? ". Ternyata kita berhenti disuatu tempat dikota Blora. Yang aku tau tempat itu akan digunakan sebagai pasar baru. Karena tempat itu masih mengalami tahap pembangunan dan banyak sekali kuli kuli bangunan disana. Entah pasar itu namanya apa aku lupa.
Tiba tiba kita dikumpulkan lagi didepan lapangan pasar. Oh ternyata kita mendapatkan informasi dan pembekalan materi lagi oleh para aktivis aktivis yang meneliti wong sikep.
Perjalanan pun dilanjutkan. Entah sudah berapa lama bis pun berhenti. Kuharap bukan apel pembekalan lagi. Kuhabiskan waktuku bercengkerama dengan teman teman. Sebenarnya, dalam 1 bis kita itu berisi dari berbagai kelas yang berbeda. Kelas 10 & 11, semua berjurusan IPS.
Semua telah turun dari bis. Kecuali bis berwarna hitam putih yang kunaiki. Yaitu bis yang paling belakang baru saja sampai. "turun belakangan aja" suruh Mia kepadaku. "iya mba" balasku. Mia adalah sahabatku. Jadi tentu saja dalam bis kita duduk berdampingan. "woi nung, cepat turun! Lama amat" seru Dila dan Risqah. Mereka adalah teman satu kelas ku. Saat telah kakiku berpijak, kupalingkan wajahku kekanan dan kekiri. "inikah desa orang orang samin? Arsitektur rumah rumah disini tidak berbanding jauh dari desaku, berarti didesa ini sudah lumayan maju" batinku dalam hati. Kuikuti langkah langkah temanku. Tak lupa tanganku kusangkutkan pada tangan sahabatku. Didepan ku ada Rizqah dan Dila. Kami berganda gurau. Kami juga tak menghiraukan kuburan angker yang kami lewati. Sambil makan kacang yang berbalur tepung. Kita atau semua anak yang mengikuti atudy outdoor harus berjalan, karena bis kita tak dapat masuk desa. Entah seberapa jauh kita berjalan untuk memasuki desa Jepangrejo yang dihuni oleh wong samin. Keringat kita sudah menetes netes. Cuaca memang sedang panas panasnya, akan tetapi matahari baru saja muncul 4 jam yang lalu. Tapi sudah sepanas ini.
Akhirnya kita sampai pada tujuan kita. Rumah mbah Supardji. Rumah berbentuk joglo. Rumah yang bentuknya sama disetiap pinggir jalan memasuki desa Jepangrejo.
Kita pun mengantri untuk bersalaman. Kita disediakan karpet (kloso) untuk kita duduki. Aku memilih duduh dikloso yang dibawah pohon. Karena mungkin akan terasa sejuk. Kita disediakan makanan makanan dari hasil bumi sendiri dari desa itu. Yaitu berupa jagung rebus, kacang rebus, pisanh rebus & air mineral. Mbah Parji memberikan dan menjelaskan banyak sekali informasi tentang wong samin. Kita pun boleh mengajukan beberapa pertanyaan.
Dikenal sebagai wong samin dikarenakan pada waktu dulu saat pada jaman penjajahan Belanda, wong wong samin tidak mau membayar pajak pada pemerintah Belanda. Karena sikap membangkangnya itu mereka dikenal sebagai wong samin. Dan masih banyak lagi penjelasan lain.
Setelah di desa mbah Supardji, kita lanjut kedesa Klopo duwur. Tapi sebelumnya kita berhenti disebuah lapangan untuk istirahat, makan siang & sholat. Setelah semuanya selesai, kita langsung menuju pendopo desa Klopo duwur tempatnya masyarakat sikep yang lain. Kukira pendopo nya agak dekat dengan lapangan. Ternyata jauh sekali. Lagi lagi bis kita tidak dapat memasuki desa tersebut. Banyak siswa yang tidak kuat, kemudian naik mobil trvel. Tadinya aku dan Mia adalah siswa yang berangkat paling akhir. Tapi karena banyak siswa yang berhenti dipinggir jalan untuk istirahat sejenak. Saat sampai disana, aku dan Mia menemukan warung yang jual es. Ternyata disana sudah banyak sekali siswa yang ingin membeli es. Kami sangat kelelahan dan kepenasan.
Aku dan Mia menuju pendopo. Ternyata sudah penuh. Terpaksa kami duduk diluar pendopo. Anak anak yang duduk diluar pendopo tidak bisa mendengar dengan jelas informasi wing samin yang sedang diwawancarai didalam pendopo.
Acara dipendopo sudah selesai. Kami harus berjalan jauh lagi untuk sampai dilapangan tadi. Acara kita belum selesai. Kita masih akan ke perpustakaan PATABA. Kurang lebih 15 menit kita sampai disana. Keadaan Perpustakaan nya diluar ekspetasiku. Ternyata perpustakaan nya sederhana dan unik. Dijaga oleh pria tua bapak Soesilo toer. Selain Banyak buku, disana juga banyak lukisan. Tapi aku tak bisa berlama lama disana karena banyak sekali siswa yang ingin masuk.
Sebelah perpustakaan pataba adalah sekolah dasar, entah apa nama SD itu. Aku lupa. Matahari sudah diufuk barat. Banyak anak kecil yang bermain sepakbola dilapangan SD. Untung saja kantin SD itu masih buka. Jadi, aku, Mia, Dila, Risqah bisa membeli makanan ringan untuk mengganjal perut kita. Kemudian kita memakannya sambil menikmati tontonan sepakbola anak kecil. Banyak sekali siswa yang melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan.
Setelah selesai kamipun pulang. Dalam perjalanan pulang, teman teman satu bis tak menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Mereka bercanda gurau sepuas mungkin. Ada yanh berkaraoke juga ada yang tidur pulas. STUDY OUTDOOR kami sangat menyenangkan.
![]() |
Penulis adalah Faiz Farida, siswa SMA N 1 Pamotan kelas XI IPS |
0 Komentar