Nelayan Cantrang dan Biota Laut

Penulis: Eni Winarti*

doc, Eni Winarti, 2018
Karena negara kita merupakan negara kepulauan, jadi, kali ini kita akan membahas tentang tema "Ribuan ABK cantrang di Pati menganggur" yang bersumber dari koran "Suara Merdeka".
Telah di jelaskan bahwa ratusan kapal cantrang beserta ribuan ABK menganggur di pelabuhan Juwana Pati, karena dampak habisnya batas toleransi penggunaan alat tangkap cantrang pada 31 desember 2017 lalu. Jadi mereka tidak berani melaut karena mematuhi peraturan  kementerian kelautan dan perikanan nomor 2 tahun 2015. Hal tersebut dirasakan berat oleh pemilik maupun ABK cantrang, ada 150 kapal cantrang yang setiap awak kapalnya di berisi 20 ABK. Dari data itu , min 3 ribu warga menganggur akibat kebijakan tersebut. Belum termasuk buruh tanggul, tenaga kerja di pabrik filet, serta usaha pengolahan ikan, dsb.

Dari penjelasan diatas kita dapat informasi  bahwa akibat kebijakan tersebut menimbulkan banyaknya pengangguran serta kerugian para nelayan, sehingga dapat menambahnya faktor kemiskinan di negara kita ini, negara Indonesia, namun di sisi lain dengan kebijakan tersebut dapat menjaga kembali kelestarian biota laut.

Coba bayangkan! Apabila nelayan menangkap ikan menggunakan cantrang secara terus menerus, maka biota laut akan rusak dan berkurangnya ikan_ ikan serta makhluk lain yang tinggal di laut. Bagaimana tidak? Menangkap ikan menggunakan cantrang sangatlah berbahaya, karena cantrang yang panjangnya dapat menempuh sampai dasar laut dapat mengeruk seluruhnya yang ada di dalam laut tersebut menggunakan cantrang. Seperti ikan yang besar, ikan kecil, bahkan terumbu karang pun yang masih hidup dapat terangkat oleh cantrang. Keterlaluan bukan? Iya jelas! Lalu bagaimana dengan masa depan anak cucu kita? Apabila manusia yang serakah menghabiskan seluruhnya yang ada di laut. Maka esok nanti anak cucu kita tidak dapat menikmati keindahan biota laut yang sangat indah ini serta tidak dapat merasakan ikan ikan yang mengandung banyak omega yang dapat mencerdaskan otak.

Dari permasalahan tersebut memang sangatlah sulit untuk mengatasinya karena banyaknya kerugian, baik kerugian para nelayan cantrang maupun kerusakan biota laut.

* Nama saya Eni winarti, tinggal di desa Gunem, kecamatan Gunem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia. 

0 Komentar