KONFLIK SOSIAL MENURUNNYA HARGA BAWANG MERAH OLEH Setya Putri Utami



Dari analisis konflik sosial tentang menurunnya harga bawang merah. Dalam menganalisis artikel ini menggunakan 6 indikator antara lain;

1. Bidang konflik
2. Sebab dan akar masalah konflik
3. Aktor konflik
4. Proses konflik
5. Dampak konflik
6. Metode penyelesaian konflik

Dengan judul
1. Artikel harga bawang merah tinggal Rp 900 per kilogram (https://regional.kompas.com/read/2018/10/10/19503741/harga-bawang-merah-tinggal-rp-900-per-kilogram-petani-blokade-jalan)

2. Artikel harga bawang merah anjlok petani teriak

(https://regional.kompas.com/read/2011/03/30/21234486/harga.bawang.merah.anjlok.petani.teriak)
3. Artikel kisah petani bawang merah di Magetan yang merugi saat harga tinggi (https://regional.kompas.com/read/2019/01/12/21220621/kisah-petani-bawang-merah-di-magetan-yang-merugi-saat-harga-tinggi)


Dari analisi indikator konflik sosial meliputi berita tentang anjloknya harga bawang merah.

     Pada umumnya setiap terjadi konflik sosial itu terkait berbagai bidang konflik harga bawang merah. Konflik sosial tidak berdiri sendiri, konflik sosial cenderung melibatkan berbagai bidang diantaranya politik, transportasi, pertanian, perdagangan, keamanan, dan ekonomi

     Berdasarkan analisis 3 artikel tersebut ditemukan bahwa sebab dari konflik sosial sebagai berikut. Harga bawang merah anjlok hingga titik terendah yaitu Rp 900 per kilogram. Menurut para petani harga bawang merah kini hanya Rp 900 per kilogram yang sebelumnya Rp 6000 hingga Rp 15000. Harga bawang merah pada bulan lalu mencapai Rp 18000 per kilogram, dan pekan lalu anjlok lagi menjadi Rp 12000 per kilogram. Para petani menyesal karena tidak bisa menikmati harga tinggi dari sistem ijon dari konflik yang terjadi. Dan pada umumnya akar dari konflik ini adalah kondisi ekonomi petani dan pihak pihak terkait sehingga mereka berebut keuntungan

     Ternyata terjadinya konflik sosial pada artikel ini itu terdapat beberapa pihak yang terlibat berdasarkan hasil analisis. Aktor yang terlibat pada konflik ini adalah camat Bambang Setiawan, petani Sugito, Juwarni, ketua himpunan kerukunan tani, Wahyu, Slamet, dan Suyono.

     Tingginya biaya menanam bawang merah dan mahalnya bibit bawang merah membuat para petani memilih untuk hutang kepada tengkulak. Petani bawang merah menuntut pemerintah untuk mengatasi keterpurukan harga bawang merah yang anjlok secara terus menerus hingga titik terendah. Mereka berunjuk rasa dengan cara memblokade jalan Ngali dengan cara memasang meja, kayu, batu, bambu, bahan bekas serta bawang dibadan jalan sehingga menghambat arus lalu lintas. Mereka akan tetap menutup jalur utama sampai pemerintah daerah turun menemui para demonstran. Mereka melakukan itu dikarenakan mereka kecewa dengan harga bawang merah yang turun. Mereka juga melakukan aksi demonstrasi yang berlangsung sejak 08:00 WITA hingga siang. Mereka juga berteriak kepada wartawan supaya wartawan meliput atau menulis kisah petani bawang merah yang mengalami kerugian agar pemerintah perhatian.

     Tingginya harga pupuk subsidi membuat petani rugi sehingga petani meminta pemerintah supaya turun tangan untuk mengawasi para distributor. Apalagi ditambah dengan turunnya harga bawang merah membuat para petani mengeluh, padahal saat ini sebagian sudah mulai panen. Mereka menduga anjloknya harga bawang merah disebabkan oleh masuknya bawang merah impor ke Brebes yang  berlangsung sejak januari hingga saat ini. Rata rata volume bawang merah impor yang masuk ke Brebes sekitar 840 ton per minggu. Akhirnya petani bawang merah memblokade atau menutup paksa jalan lintas desa Ngali yang menghubungkan kecamatan Langgudu hingga lumpuh total.

      Petani bawang merah menuntut pemerintah agar menurunkan atau menstabilkan harga bawang merah dan untuk mendapatkan bibit bawang merah siap tanam yang murah dan berkualitas. Padahal Dandim 1608 Bima dan camat Belo turun tangan melakukan negosiasi,namun tak dihiraukan. Akhirnya para petani membubarkan diri setelah  beberapa pejabat perwakilan Dinas Pertanian dan Dinas perdagangan memberi tanggapan kepada para petani. Apabila impor tetap harus dilakukan, pemerintah berharap bawang merah impor tidak masuk ke wilayah Brebes sebagai sentra penghasil bawang merah.

       Dari analisis itu dapat kita simpulkan setiap konflik sosial terkait dengan bidang bidang tertentu yang saling berkaitan satu sama lain. Demikian yang dapat saya tuliskan semoga bermanfaat bagi pembaca. Sekian dari saya mohon maaf jika ada kesalahan.
TerimaKasih.

0 Komentar