PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SIDOREJO



Assalamualaikum wr wb...     

Kemarin Jumat 26 November 2018, saya dan kawan kawan melakukan suatu kunjungan lapangan yang lebih tepatnya yaitu kegiatan pemataan. Dengan adanya pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal di era milenium di Desa Sidorejo-Pamotan, diharapkan dapat membantu orang lain untuk mengetahui potensi yang ada di Desa Sidorejo. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat terjun ke lapangan dan mengetahui potensi yang ada. Semisal saja pertanian yang ada di Sidorejo yang cukup baik. 

Saya dan teman-teman sebelumnya telah di beri pelajaran oleh guru pengampu mata pelajaran sosiologi tentang pemberdayaan komunitas dan sekaligus di ajarkan mengenai Google Map. Sebelumnya saya tidak begitu paham dengan apa saja isi dari Google Map. Namun, karena telah di ajarkan di sekolah saya menjadi tau dan bisa membuat penandaan lokasi seperti rumah saya di Google Map. Sayangnya tidak semua penandaan lokasi dapat di setujui oleh Google Map jadi kita harus sungguh sungguh dan memberikan data yang benar. 

Jumat lalu, kebetulan jam pertama adalah mata pelajaran sosiologi, dan kami memutuskan untuk membahas persiapan pemetaan nanti sore. Kita merundingkan mulai dari pakaian, alat-alat yang harus dibawa, dan juga waktu berkumpul. Sesuai keputusan yang di buat, kami sepakat untuk menggunakan pakaian bebas, membawa alat  tulis, dan berkumpul di SMA pukul 13:30. Ada sedikit perubahan jadwal, ternyata tempat berkumpul berubah di Balai Desa Sidorejo. Kamipun bersama-sama menuju ke titik kumpul dengan tertib. Dan Pak Suhadi sudah berada lebih dulu di titik kumpul. Kamipun segera menempatkan diri yang sudah di sediakan oleh warga. Sebelumnya kami di bagi beberapa kelumpok, dan masing-masing kelompoknya akan di dampingi oleh seorang warga desa setempat. Kebetulan saya mendapatkan seorang pendamping yang baik dan orangnya suka bercanda. Namanya Bapak Rifa'i ia juga sebagai sekertaris desa. 



Pertama kita di ajak oleh pak Rifa'i menuju ke sebuah toko yaitu Tirta Rizki yang  berjualan rokok, kebutuhan sehari-hari dan air galon osi ulang. Setelah itu kita berjalan dan melihat-lihat perpustakaan desa. Sekitar 10 meter kami berjalan, kami melihat sebuah ponpes.Ponpes pertama yang kami kunjungi diberi nama Raudlatul Falah dan di sebelahnya adalah ponpes Raudlatul Husna. Selesai berbincang-bincang dengan pengasuh pondok, kami diajak pak Rifa'i untuk menuju ke gudang tembakau. Dan kebetulan pemiliknya adalah beliau sendiri. Disana kami ditujukkan banyak tembakau yang sudah kering. Kami berbincang-bincang santai sambil menikmati buah mangga yang ada di depan gudang tembakau. Setelah beberapa menit kami di sana, pak Rifa'i mengajak kami untuk melihat sumber mata air di Desa Sidorejo. Kami berjalan melewati lapangan sepakbola, pemakaman umum, dan sungai yang airnya sangat sedikit dan lumayan kotor. Sesampainya di sumber mata air, saya sempat bertanya apakah warga sekitar masih menggunakan air di sini. Dan jawabannya tentu saja masih. Tak lama kemudian ada seorang ibu-ibu yang datang naik sepeda ontel sambil membawa jeligen menimba air. Kata pak Rifa'i sumur ini adalah salah satu peninggalan dari Belanda tempo dulu dan masih bisa digunakan oleh warga hingga saat ini. 


Ponpes Raudlatul Husna 


Wawancara di ponpes Raudlatul Husna 


Sumber mata air 

Tak terasa waktu mulai larut,dan kami memutuskan untuk kembali ke Balaidesa. Sesuai aba-aba yang sebelumnya telah dikatakan oleh Pak Suhadi pukul 4 sore harus kembali ke tempat. Namun kami sebelum sampai di Balaidesa, kami diajak pak Rifa'i untuk istirahat dan duduk-duduk santai di teras rumahnya. Pukul 4 kurang 10 menit kami memutuskan untuk kembali ke Balaidesa. Sesampainya di sana kami minum dan duduk sambil menulis hasil dari perjalanan kami tadi. 

Penulis adalah Risma Choirina, Tempat/tanggal lahir: Rembang, 14 Februari 2001, Alamat E-mail: rismaco1412@gmail.com 


0 Komentar