Aku tinggal didesa Ringin Rt04 Rw 01 kecamatan pamotan. Aku ingin menceritakan sedikit mengenai perubahan sosial yang ada di desa Ringin. Perubahan sosial yang ada di desa Ringin sangatlah banyak dan berbeda. Mulai dari perubahan tempat-tempat dan bangunan yang penting di desa Ringin. Zaman dahulu masjid, balai desa dan lapangan belum terkondisikan dengan baik dan penempatannya masih acak-acakan. Sekarang tempat dan bangunan-bangunan tersebut sudah tertata rapi sehingga desa Ringin semakin elok dan indah dipandang. Saat ini di samping Balai Desa juga dibangun lapangan voli dan sudah jadi sejak 1 tahun yang lalu. Hal itu sangat berpengaruh pada interaksi masyarakat di desa ku karena setelah adanya lapangan voli tersebut, setiap sore di balai desa selalu ramai oleh cengkrama-cengkrama hangan nan ringan. Balai Desa Ringin sekarang juga diberi taman-taman dan ditanami pohon beringin. Sepertinya pohon beringin itu akan menjadi icon khusus yang menjadi identitas Desa Ringin karena sebenarnya zaman dahulu itu di desaku terdapat pohon beringin yang sangat besar yang menjadi ikon dan identitas Desa tetapi sudah ditebang karena lahannya digunakan untuk makam.
Berbicara tentang pohon beringin, dulu pohon beringin tumbuh subur di desaku karena lahan yang subur. Dulu juga banyak hutan-hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan liar. Hal itu justru menambah kerindangan Desa Ringin. Tetapi saat ni desa Ringin sudah tidak bisa dikatakan desa yang adem, tentrem, subur lohjinawi.
Perubahan yang lebih mencolok terdapat pada teknologi yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di desa Ringin. Zaman dahulu kata ibu hanya satu orang yang memiliki motor, itu pun motor butut. Orang orang kemana-mana selalu menggunakan sepeda onthel. Berbeda dengan zaman sekarang di mana semua rumah pasti ada sepeda motornya bahkan setiap rumah tidak hanya memiliki satu tapi dua maupun tiga motor. Kata ibuku juga zaman dahulu televisi sangat jarang yang punya, sehingga jika ada waktu luang orang-orang selalu kumpul walaupun sekedar berdialog ringan. Berbeda dengan zaman sekarang di mana televisi di Desaku merupakan suatu hiburan kewajiban. Zaman dahulu waktu aku kecil televisi masih banyak yang menggunakan antena, tapi sekarang hampir semua rumah, televisinya dilengkapi parabola sehingga masyarakat merasa nyaman saat menonton hiburan di televisi. Tetapi semakin aku besar, bagi remaja didesaku televisi bukan merupakan hiburan wajib mereka . Hiburan wajib remaja didesaku saat ini adalah HP. Di desaku hampir semua anak-anak SMP maupun SD sudah dibekali HP Android oleh orang tuanya. Di mana setiap Minggu pagi saat sekolah pagi libur mereka menyempatkan diri untuk main game di rumahku. Perubahan sosial tersebut bisa aku saksikan sendiri karena aku mempunyai warung WiFi. Perubahan sosial tersebut mengakibatkan dampak negatif bagi anak-anak di bawah umur yang seharusnya belum boleh dibekali HP Android. Dari yang aku lihat saat mereka mengenal main game kata-kata yang mereka Ucapkan Semakin kasar dan tidak pantas didengar. Saat main game mereka seringkali berucap spontan kata-kata kotor. Sejak berkembangnya teknologi Android di desaku pola interaksi antar remaja seumuran ku semakin berkurang. Saat kumpul seringkali kita hanya bermain HP dan tidak bercerita cerita seperti dulu. Kalau zaman dulu sebelum aku dan teman-teman punya HP Kami selalu berkumpul untuk bermain watunan,dakon, sodonan dan masih banyak lagi. Bahkan zaman dulu sebelum kita mengenal handphone seringkali kita bermain Betitan(petakumpet) dan banteng"an sampai larut malam.
Diluar kebiasaan main HP, Aku senang sekali pada perubahan pakaian yang ada pada remaja seumuranku di deaa Ringin. Mungkin perubahan sosial ini belum tentu terjadi pada desa-desa yang lain. Semakin bertambahnya dewasa, remaja-remaja didesaku semakin tahu mana pakaian yang sopan dan mana pakaian yang tidak sopan. Saat ini banyak tetangga atau teman-teman seumuranku yang menggunakan hijab walaupun sekedar di rumah saja. Hal itu aku saksikan sendiri bahwa mereka sepertinya sudah menumbuhkan rasa malu pada dirinya. Tetapi tak luput ada satu atau dua orang yang belum punya kemauan untuk menutup auratnya
Perubahan silih berganti dari aspek ke aspek. Hal ini tentu tak hanya terjadi di Ringin saja. Perubahan lingkungan yang mengarah pada penyempitan sumber daya alam dan lahan pertanian mungkin menjadi perubahan yang wajar disetiap desa atau wilayah. Ditambah lagi sungai-sungai yang penuh sampah. Semakin bertambahnya tahun. Kesadaran akan membuang sampah terkikis oleh perkembangan globalisasi. Banyak orang-orang didesaku tidak terlalu mementingkan kebersihan lingkungan desa. Ditambah lagi mindset anak muda yang aku lihat terutama didesaku, mereka hanya mementingkan kebutuhan sekarang dibandingkan kebutuhan yang akan datang.
Contohnya ada pada perubahan anak SMP yang sudah naik ke SMA. Make up menjadi prioritas, sedangkan belajar di sekolah hanya menjadi identitas.
Asal kalian tau, perubahan sosial yang positif juga banyak tejadi di desa ringin loh! Hehe... Perubahan positif tersebut ada pada aspek religius. Kalau zaman dulu desa ringin belum aktif dalam kegiatan keagamaan, sekarang desa ringin sangat aktif berkegiatan agama. Kegiatan tersebut diantaranya tahlilan, hadrohan, pengajian selapanan, tahlil rutinan jum'at, yasinan, dan bahkan saat ada pertemuan ibu-ibu PKK diakhir acara ditambahkan pembacaan Asmaul Husna. Hehe... Positif banget kan!
Itulah perubahan-perubahan sosial yang ada didesaku. Diluar itu, aku sangat bersyukur tinggal dan lahir di desa Ringin. Masyarakatnya baik dan peduli terhadap sesama.
Sekian, terimakasih dan mohon maaf jika banyak kesalahan penulisan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh🙏
Penulis: Umi Salamah, Siswa kelas XII IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan
Berbicara tentang pohon beringin, dulu pohon beringin tumbuh subur di desaku karena lahan yang subur. Dulu juga banyak hutan-hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan liar. Hal itu justru menambah kerindangan Desa Ringin. Tetapi saat ni desa Ringin sudah tidak bisa dikatakan desa yang adem, tentrem, subur lohjinawi.
Perubahan yang lebih mencolok terdapat pada teknologi yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di desa Ringin. Zaman dahulu kata ibu hanya satu orang yang memiliki motor, itu pun motor butut. Orang orang kemana-mana selalu menggunakan sepeda onthel. Berbeda dengan zaman sekarang di mana semua rumah pasti ada sepeda motornya bahkan setiap rumah tidak hanya memiliki satu tapi dua maupun tiga motor. Kata ibuku juga zaman dahulu televisi sangat jarang yang punya, sehingga jika ada waktu luang orang-orang selalu kumpul walaupun sekedar berdialog ringan. Berbeda dengan zaman sekarang di mana televisi di Desaku merupakan suatu hiburan kewajiban. Zaman dahulu waktu aku kecil televisi masih banyak yang menggunakan antena, tapi sekarang hampir semua rumah, televisinya dilengkapi parabola sehingga masyarakat merasa nyaman saat menonton hiburan di televisi. Tetapi semakin aku besar, bagi remaja didesaku televisi bukan merupakan hiburan wajib mereka . Hiburan wajib remaja didesaku saat ini adalah HP. Di desaku hampir semua anak-anak SMP maupun SD sudah dibekali HP Android oleh orang tuanya. Di mana setiap Minggu pagi saat sekolah pagi libur mereka menyempatkan diri untuk main game di rumahku. Perubahan sosial tersebut bisa aku saksikan sendiri karena aku mempunyai warung WiFi. Perubahan sosial tersebut mengakibatkan dampak negatif bagi anak-anak di bawah umur yang seharusnya belum boleh dibekali HP Android. Dari yang aku lihat saat mereka mengenal main game kata-kata yang mereka Ucapkan Semakin kasar dan tidak pantas didengar. Saat main game mereka seringkali berucap spontan kata-kata kotor. Sejak berkembangnya teknologi Android di desaku pola interaksi antar remaja seumuran ku semakin berkurang. Saat kumpul seringkali kita hanya bermain HP dan tidak bercerita cerita seperti dulu. Kalau zaman dulu sebelum aku dan teman-teman punya HP Kami selalu berkumpul untuk bermain watunan,dakon, sodonan dan masih banyak lagi. Bahkan zaman dulu sebelum kita mengenal handphone seringkali kita bermain Betitan(petakumpet) dan banteng"an sampai larut malam.
Diluar kebiasaan main HP, Aku senang sekali pada perubahan pakaian yang ada pada remaja seumuranku di deaa Ringin. Mungkin perubahan sosial ini belum tentu terjadi pada desa-desa yang lain. Semakin bertambahnya dewasa, remaja-remaja didesaku semakin tahu mana pakaian yang sopan dan mana pakaian yang tidak sopan. Saat ini banyak tetangga atau teman-teman seumuranku yang menggunakan hijab walaupun sekedar di rumah saja. Hal itu aku saksikan sendiri bahwa mereka sepertinya sudah menumbuhkan rasa malu pada dirinya. Tetapi tak luput ada satu atau dua orang yang belum punya kemauan untuk menutup auratnya
Perubahan silih berganti dari aspek ke aspek. Hal ini tentu tak hanya terjadi di Ringin saja. Perubahan lingkungan yang mengarah pada penyempitan sumber daya alam dan lahan pertanian mungkin menjadi perubahan yang wajar disetiap desa atau wilayah. Ditambah lagi sungai-sungai yang penuh sampah. Semakin bertambahnya tahun. Kesadaran akan membuang sampah terkikis oleh perkembangan globalisasi. Banyak orang-orang didesaku tidak terlalu mementingkan kebersihan lingkungan desa. Ditambah lagi mindset anak muda yang aku lihat terutama didesaku, mereka hanya mementingkan kebutuhan sekarang dibandingkan kebutuhan yang akan datang.
Contohnya ada pada perubahan anak SMP yang sudah naik ke SMA. Make up menjadi prioritas, sedangkan belajar di sekolah hanya menjadi identitas.
Asal kalian tau, perubahan sosial yang positif juga banyak tejadi di desa ringin loh! Hehe... Perubahan positif tersebut ada pada aspek religius. Kalau zaman dulu desa ringin belum aktif dalam kegiatan keagamaan, sekarang desa ringin sangat aktif berkegiatan agama. Kegiatan tersebut diantaranya tahlilan, hadrohan, pengajian selapanan, tahlil rutinan jum'at, yasinan, dan bahkan saat ada pertemuan ibu-ibu PKK diakhir acara ditambahkan pembacaan Asmaul Husna. Hehe... Positif banget kan!
Itulah perubahan-perubahan sosial yang ada didesaku. Diluar itu, aku sangat bersyukur tinggal dan lahir di desa Ringin. Masyarakatnya baik dan peduli terhadap sesama.
Sekian, terimakasih dan mohon maaf jika banyak kesalahan penulisan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh🙏
Penulis: Umi Salamah, Siswa kelas XII IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan
0 Komentar