Tugas Sosiologi Analisis Konflik Sosial



Tugas sosiologi tentang analisis konflik sosial di media massa pada kasus bawang merah yang telah dibahas oleh Bapak Suhadi sebagai guru mata pelajaran sosiologi yang mengajar kelas XI IPS 2 siang ini di Perpustakaan SMAN 1 Pamotan.
Indikator analisis meliputi :

1. Bidang Konflik
2. Sebab dan akar masalah konflik
3. Aktor konflik
4. Proses konflik
5. Dampak konflik
6. Metode Penyelesaian konflik

Indikator analisis yang pertama yaitu bidang konflik. Pada artikel pertama, bidang konflik nya meliputi bidang pertanian, bidang perdagangan, bidang transportasi, bidang politik,dan bidang keamanan.
Pada artikel kedua, bidang konflik nya meliputi bidang pertanian.
Dan pada artikel ketiga meliputi bidang pertanian dan bidang ekonomi.

Indikator analisis kedua yaitu sebab dan akar masalah konflik. Pada artikel pertama, Penyebab dan akar masalah konflik nya yaitu dalam kutipan "harga bawang merah yang anjlok secara terus menerus", "hingga mencapai titik paling terendah.", Dan "Menurut petani harga bawang merah kini hanya Rp 900 per kilogram dari sebelumnya Rp 6.000 hingga Rp 15.000 per kilogram."
Kemudian indikator analisis penyebab konflik pada artikel kedua yaitu dalam kutipan "Mereka menduga, anjloknya harga bawang sebagai dampak masuknya bawang impor ke Brebes, yang berlangsung sejak sekitar Januari hingga saat ini.", "Dengan kondisi cuaca yang masih banyak hujan, produktivitas tanaman hanya sekitar 9,6 ton per hektar atau turun dari produksi normal, sekitar 12 ton per hektar.", Dan " Sekretaris Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan, anjloknya harga bawang merah diperkirakan sebagai dampak masuknya bawang impor."
Lalu pada artikel ketiga yaitu pada kutipan "Kenaikan harga bibit bawang merah siap tanam tersebut diduga karena petani kembali memilih menanam bawang merah di lahan mereka pasca panen karena curah hujan yang tidak begitu tinggi beberapa waktu terakhir."

Selanjutnya, indikator analisis ketiga yaitu Aktor konflik atau yang bisa disebut subyek dalam konflik.
Aktor konflik pada artikel pertama yaitu Camat belo, ratusan petani, pejabat, polisi, Dandim.
Kemudian aktor konflik pada artikel kedua yaitu para petani
Dan aktor konflik pada artikel ketiga yaitu para petani dan tengkulak.

    Kemudian, indikator analisis yang keempat yaitu proses konflik.
Proses konflik pada artikel pertama yakni dalam kutipan "berunjuk rasa dengan cara memblokade jalan", "Mereka menuntut pemerintah untuk mengatasi keterpurukan harga bawang merah yang anjlok secara terus menerus hingga mencapai titik paling terendah.", "Bambang mengatakan, mereka memblokade atau menutup paksa jalan lintas Desa Ngali yang menghubungkan Kecamatan Langgudu hingga lumpuh total." Dan "Mereka memasang meja kayu, batu, bambu, ban bekas serta bawang di badan jalan, sehingga menghambat arus lalu lintas," tuturnya."
Kemudian proses konflik pada artikel kedua yakni dalam kutipan "Penurunan harga tersebut dikeluhkan oleh para petani, yang saat ini sebagian sudah mulai panen.", "Menurut Sugito, saat ini sebagian petani memilih menyimpan bawang merah hasil panen untuk dijadikan benih pada musim tanam mendatang.", Dan "HKTI menolak masuknya bawang impor ke Indonesia".
Dan proses konflik dari artikel ketiga yakni dalam kutipan  "Penurunan harga tersebut dikeluhkan oleh para petani, yang saat ini sebagian sudah mulai panen.", "Menurut Sugito, saat ini sebagian petani memilih menyimpan bawang merah hasil panen untuk dijadikan benih pada musim tanam mendatang.", Dan "HKTI menolak masuknya bawang impor ke Indonesia", dan "Banyak petani bawang yang telah menjual bawang merah ke pedagang saat bawang merah baru berusia 1 bulan.", Dan "Petani bawang, Suyono, berharap, pemerintah membantu petani bawang merah untuk mendapatkan bibit bawang merah siap tanam yang murah dan berkualitas".

Selanjutnya, indikator analisis yang kelima yaitu dampak dari konflik tersebut.

Dampak konflik dari artikel pertama yakni dalam kutipan "Jalanan lumpuh total", "Kenaikan harga pupuk", "Tingginya harga pupuk", dan "Para demonstran membubarkan diri".
Kemudian dampak konflik dari artikel kedua yaitu dalam kutipan "Sekarang petani menjerit", "Petani yang tidak punya modal terpaksa menjual hasil panennya untuk modal tanam berikutnya", "Saat ini, rata-rata volume bawang merah impor yang masuk ke Brebes sekitar 840 ton per minggu.", Dan "Pada awal bulan lalu, harga bawang merah mencapai Rp 18.000 per kilogram. Namun, sejak pekan lalu, harga bawang merah anjlok menjadi sekitar Rp 12.000 per kilogram, dan saat ini hanya sekitar Rp 7.000 per kilogram."

Dan dampak konflik dari artikel ketiga yakni dalam kutipan "Harga bawang merah super di Pasar Sayur Magetan sempat menyentuh Rp 30.000 per kilogram.", "Wahyu mengaku terpaksa memilih mengembalikan uang panjar yang telah diterima dari pedagang sebesar Rp 1 juta karena pedagang memotong pembayaran Rp 2,5 juta dengan alasan harga bawang merah di pasaran turun drastis.", "Petani memilih menanam bawang merah dibandingkan padi.", "Turun karena pasokan mulai banyak, petani lokal sini mulai panen”, "Dengan tingginya harga bibit dan adanya sistem ijon, petani bawang merah di Kabupaten Magetan belum bisa menikmati harga bawang merah yang tinggi.", Dan "Tingginya biaya menanam bawang merah dan mahalnya bibit membuat petani memilih berutang kepada tengkulak,” kata Suyono."

Kemudian indikator analisis yang terakhir yaitu metode penyelesaian konflik.

Metode penyelesaian konflik yang pertama yakni dalam kutipan "Dalam tuntutannya, mereka meminta agar pemerintah segera menstabilkan harga bawang", "Selain itu, pemerintah juga diminta untuk mengawasi penjualan pestisida dan pupuk subsidi yang melebihi harga eceran tertinggi", Dan "Dandim 1608 Bima dan Camat Belo juga turun melakukan negosiasi namun sempat tak dihiraukan".
Kemudian metode penyelesaian konflik dari artikel kedua yakni dalam kutipan "Agar impas atau petani tidak merugi, seharusnya harga jual bawang merah minimal Rp 8.750 per kilogram", dan "Namun, seharusnya hal itu tidak harus diatasi dengan impor".

Dan selanjutnya metode penyelesaian konflik dari artikel ketiga yakni dalam kutipan "banyak petani bawang yang telah menjual bawang merah ke pedagang saat bawang merah baru berusia 1 bulan", dan “Kebanyakan petani terima DP dulu. Biasanya Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. Biar mahal tetap saja kami tidak merasakan", "Bahkan, saat harga bawang merah anjlok menjadi Rp 15.000 per kilogram, petani juga dirugikan", "para pedagang yang sudah telanjur membeli bawang merah milik masyarakat memilih memanen lebih awal agar tidak merugi terlalu banyak", dan "Hari ini harga bawang merah turun menjadi Rp 13.000 dari harga Rp 15.000 kemarin. Makanya, kami panen lebih awal agar ruginya tidak banyak. Kalau rugi ya rugi, namanya berdagang".

Demikianlah analisis konflik sosial dari saya, semoga bisa membantu untuk menganalisis konflik-konflik sosial yang terjadi di sekitar kita, sekian dan terima kasih.

Nama : M. Fajar Ma'arif
Kelas : XI IPS2
Absen : 16

0 Komentar