Minggu , 21 Oktober 2018 sayamelakukan pemberdayaan di desa dadapan dukuh siwalan sukun kab. Rembang. Kegiatan dimulai pagi hari , kami turaun dari argo pukul 06 : 30 menuju ke dadapan kira" memakan waktu 15 menit . Sampainya di desa dadapan kami kumpul di balai desa dadapan yang sudah di tunggu oleh bapak kepala Desa dadapan . Disana kami bersih" (mandi) semabaring menunggu teman kami yang menyusul mau ikut kegiatan pemberdayaa.
Akhirnya merekapun sampai , mereka membawa
makanan untuk kita sarapan pagi , setelah semua sarapan kami diberikan arahan atau
penjelasa mengenai kondisi, kelebihan , dan kekurangan desa serta masyarakatnyaoleh
pak kepala desa .lalu kami diarahkan menuju ke tempat pembuatan kerajinan bambu
di salah satu rumah warga , saya bersama 6 kelompok saya yaitu siti khosiah ,
suwarti , Rully susanti , Anis nurhidayati dan syahrul rizal kerumah warga sebagai
tempat pembuatan kerajinan bambu .
Pertama kami ke tempat pembuatan peti buah
mangga dan kami mengambil gambar untuk di gunakan sebagai bukti dalam pemetaan
melalui Google maps, dan setelah diterima oleh google kami menuju rumah warga
yang lain yaitu tempat kerajinan bambu yang tidak jauh dari lokasi yang tadi.
Kami memulai wawancara mengenai jenis barang kerajinan apa yang di buat , bagai
mana cara pembuatan , pemasaran , bahan apa yang di gunakan dll. kami mendapat
bagian sendiri dan saya mendapat dokumentasi dan sesekali bertanya . Disana bnyak
berbagai jenis jenis kerajinan diantaranya adalah wadah tisu , tempat atau
wadah lampu untuk hiasan , tumbu ,
cangkingan dll. Dari wawancara tersebut kami mengetahui bnyak pengetahuan ,
ternyata untuk membuat kerajinan tersebut tidak menggunakan bambu yang sembarangan
yaitu bambu apus atau biasa disebut dengan preng apus . Kerajinan tersebut
mempunyai banyak keindahan tetapi jarang sekali peminat yang menggunakan sebagai
barang pokok , karena dari segala banyak pesanan hanya di gunakan sebagai pameran
saja srhingga barang yglang diproduksipun sedikit dan dalam waktu tertentu .
Selain itu generasi penerus pun jarang ada yang minat karena dinilai tidak
sumbut atau harganya tidak sebanding dengan proses pembuatanya yang sulit sehingga
lama kelamaan kerajinan bambu tersebut akan punah .
Setelah wawancaranya selesai kami melakukan pemetaan melalui aplikasi yaitu Google maps. Dalam pemetaan tersebut kita menemui halangan yaitu kondisi tempatnya yang jauh membuat sinyal disana sulit dijangkau , dan hanya bisa menggunakan kartu tertentu saja. Setelah pemetaan berhasil dan diterima oleh pihak gogle kami turun menuju ke parkiran yaitu rumah jogo boyo dukuh siwalan tersebut . Disana kami diberi peta atau kondisi geografis tempat tersebut . Setelah semua kegiatan kami langsung turun kebalai desa untuk mengucapkan terimakasih karena sudah diberi izin dam membantu dalam pelaksanaan pemberdayaan . Lalu kami foto bersama sebagai bukti bahwa yelah melakukan pemberdayaan dan setelah foto kamipun pamit untuk pulang kerumah.
Penulis Dafit Dwianto, saat ini sedang duduk di bangku SMA Negeri 1 Pamotan kelas XII IPS 5 Jurusan IPS.
0 Komentar